Oleh: Arifah Alfiyah Husna

1.      Nyai Walidah Dahlan

Lahir                : Kauman, Yogyakarta 3 Januari 1872
Wafat              : Kauman, Yogyakarta 31 Mei 1946
Pekerjaan         : Pekerja Sosial
Anak               : 6
Suami              : K.H Ahmad Dahlan

Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah dan lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, beliau adalah putri dari K.H Muhammad Fadli, seorang ulama dan anggota Kesultanan Yogyakarta, daerah bertempatnya tokoh agama banyak dari keraton. Beliau bersekolah di rumah, diajarkan berbagai aspek tentang Islam, termasuk bahasa Arab dan Alquran, dia membaca Alquran dalam naskah Jawi, beliau adalah tokoh emansipasi wanita, istri dari pendiri Muhammadiyah yaitu Kyai Ahmad Dahlan juga seorang pahlawan nasional Indonesia.

2.      Prof. Hj. Siti Baroroh Baried

Lahir                            : Kauman Yogyakarta 23 Mei 1923
Wafat                          : Kauman Yogyakarta, 9 Mei 1999
Ayah                           : H. Tamim bin Dja’far
Suami                          : dr. Baried Ishom
Anak                           : 2
Riwayat pendidikan    :
-       SD          : SD Muhammadiyah
-       SMP       : MULO HIK Muhammadiyah
-       SMA      : MULO HIK Muhammadiyah
-       S1           : Fakultas Sastra UGM dam Fakultas Sastra UI
-       S2           : Bahasa Arab di Cairo
-       S3           : Ilmu Bahasa Indonesia UGM
Prestasi:
-       Dosen di beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta yaitu di Universitas Gadjah Mada,
-       Ketua Jurusan Asia Barat Fakultas Sastra UGM
-       Aktif di MUI Pusat
-       Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
-       Di Aisyiyah sebagai PCA Gondomanan sampai Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.
-       Ketua Biro Hubungan Luar Negeri
-       Ketua Biro Penelitian dan Pengembangan
-       Ketua Bagian Paramedis
-       Pimpinan Umum majalah SA dan penasihat PP ‘Aisyiyah.

3.      Siti Bariyah

Lahir                            : Kauman Yogyakarta 1325 H
Ayah                           : H. Hasyim Ismail
Anak                           : 3
Riwayat pendidikan    : Neutraal  Meisjes School di Ngupasan
Pengalaman organisasi:
-       Sapa Tresna
-       Pemimipin Aisyiyah tahun 1917-1920
Karya:
-       Artikel Suara Muhammadiyah dengan judul “Tafsir Maksoed Moehammadijah” edisi no 9 th. Ke 4 September 1923
-       majalah Soeara ‘Aisjijah pada tahun 1926.

4.      Siti Aisyah Hilal

Lahir                : Yogyakarta 1905
Ayah               : KH. Ahmad Dahlan
Anak ke           : 4 dari 6 bersaudara

Siti ‘Aisyyah merupakan generasi kedua yang mengikuti anjuran K.H.Ahmad Dahlan untuk belajar di Neutral Meisjes School. Terpilih memimpin ‘Aisyiyah selama 7 periode (1931, 1937, 1939, 1940, 1941,1944 dan 1950). Periodesasi kepemimpinan ‘Aisyiyah, sejak berdirinya sampai 1940, satu tahun. Mulai tahun 1941, periodesasi kepemimpinan ‘Aisyiyah 3 tahun. Ibu ‘Aisyah dalam kepemimpinannya yang ke-6 dan ke-7, periodenya 3 tahun.Jadi dia memimpin ‘Aisyiyah selama 10 tahun.

Keberhasilan kepemimpinan Siti Aisyah Hilal antara lain siswa Praja Wanita diganti Nasyiatul ‘Aisyiah. Ada semboyan “Yang patah tumbuh, Yang hilang ber-ganti”. Nasyiatul ‘Aisyiyah disiapkan agar hidup subur sebelum ‘Aisyiyah patah, dan siap sedia sebagai penerus sebelum yang tua hilang (menghadap Allah). Keberhasilan lainnya adalah menyelenggarakan lomba Bayi Sehat pada Konggres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta, Aisyiyah telah tersebar diseluruh penjuru tanah air, setelah merdeka, ‘Aisyiyah mendirikan BKIA, Rumah Bersalin, Asrama Putri, Panti Asuhan, Penitipan bayi dan anak, menyantuni bencana alam, membuka Universitas Sastra Arab Ummul Mukminin

5.      Siti Munjiyah

Lahir    : Kauman Yogyakarta 1896
Ayah   : Hasyim Ismail

Siti Munjiyah dikenal sebagai orator yang mampu membakar semangat massa, maka ia sering mendapat kepercayaan KHA Dahlan menghadiri undangan-undangan tabligh. Munjiyah memiliki kemauan yang kuat,tegas dan tidak kenal takut. Siti Munjiyah dikenal penganjur mengenakan pakaian menutup aurat dengan kerudung sebab itu adalah perintah agama.

Siti Munjiyah juga menjelaskan kedudukan kaum perempuan dalam agama Islam. Menurutnya agama Islam bukan hanya diperuntukan bagi kaum laki-laki tetapi perempuan  juga wajib menjalankannya. Bukan hanya kaum lelaki yang wajib memajukan agama Islam, tetapi kaum perempuan pun juga memiliki hak yang sama untuk memajukan agama Islam.

Siti Munjiyah terpilih memimpin Aisyiyah selama 5 periode (1932, 1934, 1935 dan 1936). Dia merupakan salah seorang tokoh Konggres Perempuan Indonesia I tahun 1928. Pada saat itu dia berpidato menyampaikan gagasannya tentang “Derajat Perempuan”. Kalimat yang sering memacu pendidikan kaum wanita adalah “Perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan, dan bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu ialah menurut hak batas-batasnya sendiri-sendiri “

6.      Siti Badilah

Lahir                : Yogyakarta tahun 1904
Pendidikan      :
-       Neutraal Meisjes School
-       MULO

Pengalaman organisasi:
-       Memimpin ‘Aisyiyah pada tahun 1938
-       Konggres Wanita Indonesia tahun 1938
-       Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI) Pada tahun 1929 menjadi Perikatan Perkoempoelan Isteri Indonesia (PPII), pada tahun 1935 menjadi Kongres Perempoean Indonesia dan pada tahun 1946 menjadi Kongres Wanita Indonesia disingkat KOWANI sampai saat ini. Dan atas keputusan Kongres Perempoean Indonesia pada tahun 1938 di Bandung, tanggal 22 Desember diangkat menjadi “Hari Ibu”. Keputusan ini dikukuhkan dengan keputusan Presiden RI No. 316 tanggal 16 Desember 1959 menjadi Hari Nasional yang tidak diliburkan

7.      Siti Hayinah

Lahir                            : Yogyakarta pada tahun 1906
Ayah                            : Haji Mohammad Narju
Riwayat Pendidikan     :  
-       Neutraal Meisjes School
-       Holland Inlandsche School (HIS)
-       Fur Huischound School (sekolah ketrampilan dalam kehidupan rumah tangga, seperti memasak dan menjahit
Pengalaman                 :
-    Tahun 1925 Sekretaris mendampingi Nyai Ahmad Dahlan presiden HB Muhammadiyah
-  Tahun 1928 sebagai kongres perempuan Indonesia mendapat kehormatan menyampaikan materi yang judul “Persatuan Manusia” tema ini sangat kontekstual dengan semangat persatuan yang tengah digelorakan dalam kongres perempuan Indonesia pertama.
-   Tahun 1938 sd 1940 Siti Hayinah ditetapkan sebagai hofdredactrice atau pimpinan redaksi majalah Suara ‘Aisyiyah
-       Tahun 1946, 1953, 1956, 1959 dan 1962 diangkat sebagai ketua Aisyiyah

8.      Siti Umniyah

Lahir                            : Kauman, Yogyakarta 29Agustus 1905
Ayah                            : Kyai Sangidu
Ibu                               : Siti Jauhariyah
Anak ke                       : 1 dari 7 bersaudara
Riwayat pendidikan     :
-       SD Pawiyatan pada tahun 1915
-       SMP al-Qismul Arqa
Pengalaman:
-       Guru Mu’allimat Muhammadiyah dan Tsanawiyah Muhammadiyah.
-       Merintis gerakan Tajmilul Akhlaq, dan Dirasatul Banat
-       Mendirikan Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal
-       Memprakarsai gerakan dakwah silaturahmi “huisbezoek” dakwah dari rumah ke rumah

9.      Prof.Dr. Siti Chamamah Soeratno

Lahir                            : Kauman, Yogyakarta 24 Januari 1941
Ayah                           : KH Hanad Noor
Ibu                               : Hj Juhariah
Riwayat pendidikan    :
-       SD          : SD Ngupasan
-       SMP       : Putri Muhammadiyah Yogyakarta
-       SMA      : Putri Muhammadiyah Yogyakarta
-       S1           : Fakultas Sastra UGM
-       S2                                                              : Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Perancis, yaitu Ecole des Hautes Etudesen Science Sociales.
-       S3           : UGM
-       Profesor : Fakultas Ilmu Budaya UGM
Jabatan yang pernah diemban:
-       Sekretaris jurusan Sastra Arab
-       Kepala jurusan Sastra Perancis
-       Dekan Fakultas Ilmu Budaya di UGM
-       Dosen di luar UGM, yaitu di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (YKPN), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah (STIKES) Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Universitas Negeri Diponegoro (Undip) Semarang, Akademi Informasi dan Komunikasi (Amikom) Yogyakarta Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta (sekarang Universitas Mercu Buana), IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN Wali Songo Semarang (sekarang UIN), serta Universitas Gunadarma Jakarta, Indonesian Social and Cultural Studies di Universiteit Leiden, Belanda
-       Ketua umum Nasyiatul Aisyiyah (NA)
-       Anggota International Conference on Religion and Peace

Beliau adalah ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah dua periode berturut-turut, yaitu pada 2000-2010. Chamamah dikenal sebagai tokoh Aisyiyah yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap fenomena sosial-budaya masyarakat sekitarnya. Baginya, seorang pemimpin hendaknya memiliki kecerdasan, keuletan, dan kegigihan dalam mengayomi masyarakat yang ia pimpin. Chamamah memang merupakan pakar kesusastraan Melayu dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang memiliki pemikiran yang sangat terbuka. Ia sangat lentur dalam bergaul, dan lebih dari itu, senantiasa menginspirasi masyarakat agar sadar akan kebutuhan manusia terhadap kebudayaan dan lingkungan sekitar. Hingga saat ini, Chamamah dikenal sebagai sosok pemimpin wanita yang sangat cerdas dan humanis.

10.  Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si.

Lahir                :Yogyakarta,15 A gustus 1958
Ayah               : Ardani Zaenal
Ibu                   : Siti Juariyah
Suami              : Dr Haedar Nashir
Anak               : 2
Pendidikan      :
-       Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta
-       SMP Muhammadiyah Godean
-       SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
-       (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN Veteran) Yogyakarta
-       (S2) Manajemen Keuangan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
-       Human Resource Management di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pengalaman                 :
-        Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, periode 2010-2015 dan 2015-2020.
-       Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
-       Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Republik Indonesia (2003-2008).
-       Pimpinan Pusat IPM bidang Ipmawati pada periode 1983-1986.
-       Ketua umum organisasi Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) periode l990-l995
-       Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan (LPP) Pimpinan Pusat Aisyiyah
-        Ketua Umum PP Aisyiyah, periode 2010-2015.
-       Pendiri Yasanti (Yayasan Annisa Swasti), yaitu sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perempuan pertama di Indonesia sejak tahun 1982
-     Koordinator Program Pendidikan Politik bagi Perempuan dalam Pemilu 1999, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah bekerja sama dengan TAF untuk delapan wilayah di Indonesia.